Rinaihujan jatuh dari langit membasahi bumi Kecamatan Banyumas, ketika sejumlah orang tengah asik membersihkan lidi kelapa. Rinai hujan jatuh dari langit membasahi bumi Kecamatan Banyumas, ketika sejumlah orang tengah asik membersihkan lidi kelapa. Sabtu, 9 Juli 2022; Cari. Network.
Sejak5 tahun terakhir, ia mahir membuat beragam kerajinan dari lidi kelapa sawit. Pendapatannya mulai bertambah. Ia mulai mendapat pesanan. Setiap minggu, Nurma bisa membuat 1 lusin piring. Ada 1
Bentukkerajinannya bermacam-macam. Mulai dari piring, pot bunga, topi, keranjang buah, dan bermacam aneka kerajinan lain. "Sekarang, lidi-lidi tersebut telah menjadi sumber yang bernilai rupiah bagi tangan-tangan kreatif," kata Alex Zetro Siagian, penggagas kerajinan lidi di desa itu, Minggu (10/2/2019).
cash. Kumpulan warga Desa Mekar Jaya SP5, Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau memiliki galeri bernama Maju Jaya Lidi, yang berhasil memanfaatkan pelepah sawit menjadi kerajinan bernilai ekonomis sejak tahun 2018 lalu. Tumpukan lidi yang berasal dari pelepah sawit ini dimanfaatkan menjadi beragam kerajinan, seperti piring, nampan, tempat buah, tempat minuman gelas, dan kerajinan lainnya yang dapat membantu perekonomian warga desa. Kelapa sawit adalah salah satu tanaman yang memiliki manfaat yang berkelanjutan karena tidak menyisakan limbah. Selain buahnya dapat diolah menjadi minyak kelapa sawit, hampir semua bagian dari kelapa sawit dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi barang bernilai ekonomi, salah satunya yakni pelepah sawit. Seluruh anggota Galeri Maju Jaya Lidi ini merupakan petani sawit yang sebagian besar merupakan mitra Asian Agri. Siti Aisyah, anggota termuda sekaligus Ketua Galeri Maju Jaya Lidi mengungkapkan, “Awalnya warga desa di sini mendapat pelatihan di Kantor Desa Mekar Jaya. Saat itu kami memilih usaha kerajinan sawit karena bahan bakunya mudah didapatkan yaitu dari kebun sendiri, jadi ketika panen sekalian mengambil pelepah dan diolah kembali menjadi kerajinan anyaman sawit.” Proses mengolah kerajinan sawit dimulai setelah para perajin mendapat bahan baku dari kebun sawit, berupa pelepah yang kemudian dibersihkan dan lalu diserut terlebih dulu menggunakan mesin penyerut lidi. Setelah itu, lidi sawit dapat dianyam menjadi berbagai macam kerajinan, baru kemudian divernis untuk mengubah warnanya dan membuat anyaman menjadi lebih awet dan mengkilat, yang kemudian dapat dipasarkan. Untuk menghasilkan sebuah piring cantik yang berawal dari lidi yang telah diserut, Aisyah dan kawan-kawannya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Selain sebagai pengisi waktu luang, kerajinan sawit ini juga kini menjadi pendapatan alternatif warga Desa Mekar Jaya. Klumpuk, salah satu anggota Maju Jaya Lidi yang juga merupakan petani mitra Asian Agri ini mengungkapkan, “Sekarang saya berada di masa peremajaan sawit, sehingga membutuhkan usaha lain, oleh karena itu saya bergabung di usaha kerajinan lidi ini sebagai pendapatan alternatif.” Untuk penghasilan pribadi, Aisyah mengutarakan bahwa kerajinan sawit dapat menghasilkan omzet sekitar Rp setiap bulannya. Berbicara mengenai pemasaran produk-produk kerajinan sawitnya, Aisyah mengatakan bahwa kegiatan pemasaran saat ini masih dijalankan masing-masing anggota. “Saat ini pemasaran masih kami jalankan sendiri, ada yang menjual tempat buah ke toko buah yang dapat digunakan untuk parcel, ada yang melalui toserba, ada juga yang melalui online, karena itu kami berharap ada yang memasarkan kerajinan warga di sini,” jelas Aisyah. Tak hanya untuk dijual, piring-piring anyaman ini juga dapat disewa. “Piring-piring anyaman kami juga dapat disewa jika ada yang mengadakan pesta perkawinan atau acara formal lainnya, tentu harganya berbeda dengan membeli,” tambah Aisyah. Jika melihat perkebunan kelapa sawit yang luas khususnya di Pelalawan, Riau, usaha pemanfaatan pelepah sawit ini masih sangat menjanjikan. Ke depannya, Aisyah mengungkapkan bahwa bisnis kerajinan sawit ini sangat berkelanjutan. “Selain bahan bakunya mudah didapat, terlebih bagi kami yang tinggal dikelilingi kebun sawit ini, berkat kreativitas keluarga petani sawit mengubah pelepah menjadi produk kerajinan ini pun, ekonomi warga desa juga meningkat, sekaligus mengubah waktu luang menjadi uang.”
- Provinsi Riau merupakan Provinsi yang memiliki luas area perkebunan kepala sawit terluas untuk Indonesia, dan ini tidak ada yang membantahnya. Nah, dari kelapa sawit ada yang namanya lidi yang berasal dari batang daunnya. Limbah ini ternyata punya nilai sendiri setelah buah kepala sawitnya. Dan bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk yang bernilai ekonomis. Dapat ditegaskan juga, kelapa sawit juga merupakan salah satu tanaman yang menyokong perekonomian di Riau. Setiap hendak memanen buah kelapa sawit, biasanya terlebih dahulu memotong pelepahnya atau daunnya. Agar tidak menjadi limbah, pelepah sawit biasanya diambil lidinya untuk dimanfaatkan menjadi barang yang lebih berguna, mulai dari kerajinan tangan dengan bahan dasarnya ialah lidi kelapa sawit. Hal ini tak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Tidak hanya itu, limbah lidi sawit ini juga bisa dibuat menjadi aneka bentuk suvenir, seperti piring tempat buah, parcel, mangkok nasi, bahkan lampu-lampu hias yang sangat unik dan lainnya. Sebagai informasi pentingnya, banyak dari masyarakat petani kelapa sawit yang menyepelekan lidi kelapa sawit. Padahal jika kita kaji, ada banyak manfaat dari bahan baku lidi kepala sawit, yang nantinya dapat menambah income pendapatan bagi masyarakat juga, dan tentu ini dapat mendorong perekonomian. Artinya, limbah lidi kelapa sawit ini tak hanya dimanfaatkan menjadi sapu atau tusuk sate saja, tetapi lidi kelapa sawit bisa disulap menjadi berbagai produk kerajinan tangan yang menarik dan unik yang mampu menarik perhatian konsumen. Divisi Komunikasi Apkasindo Riau, Goldameir Mektania B Com menyampaikan, saat ini ada potensi besar terkait pemanfaatan lidi sawit ini. "Di Apkasindo masih digerakkan dengan mensosialisasikan hal ini, karena nggak semuanya berpikiran seperti itu," katanya, Sabtu 3/9. Tentunya hal ini perlu dibarengi dengan pemasaran yang optimal, dan perlu dukungan dari Pemerintah Daerah, karena pada umumnya pengerajin limbah lidi kelapa sawit ini banyak yang berdomisili di kawasan perkebunan dan pedaleman atau pedesaan. "Di Riau sudah banyak yang memanfaatkan lidi sawit ini, ada yang dijual per ikat, juga ada yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan," ucapnya Golda mengatakan, dalam sebuah kebun sawit bisa mendapatkan banyak lidi, terlebih setiap kali memanen kelapa sawit, akan banyak pelepah kelapa sawit yang dipotong dan tidak terpakai lagi. Padahal pelepah sawit memiliki daun-daun yang dapat diambil lidinya. Namun, Golda menilai harga jual lidi sawit dari para petani ini cukup murah, hanya Rp3-5 ribu per ikat. Kemudian dibawa ke pengepul yang biasanya dijual dengan harga yang jauh lebih mahal. Pihaknya saat ini berupaya menemukan jalan bagi para petani sawit untuk dapat menjual lidi sawit dengan harga yang bagus dan senilai dengan usaha pembuatannya, terlebih pelepah sawit memiliki tekstur lebih tajam daripada pelepah pohon kelapa. "Kami mencoba mengkoneksikan ke pasar ekspor, agar lebih tertampung, dan harganya lumayan. Kami melihat potensi untuk ekspor ini. Saat ini masih tahap eksplorasi, sudah ada beberapa yang ngomong ke kami, dan akan dibina. Kalau nggak tahu jualnya ke mana, melalui koperasi, kami saat ini sedang mencari investor dan pasar yang baik," ujarnya. Golda berharap, pihaknya dapat merangkul dan membantu petani sawit dalam melihat potensi-potensi yang bisa diambil dari kelapa sawit ini. Sehingga, petani tak hanya melihat buah kelapa sawit saja, tetapi juga memanfaatkan hal-hal lain untuk menunjang perekonomian. Ia memaparkan, selain buah dan lidi sawit, juga masih ada janjangan kosong jangkos yang bisa dijadikan pupuk. "Jangan hanya bertumpu pada buah saja. Harapannya, kami bisa memberikan harga yang tinggi baik untuk lidi sawit dan lain-lain," pungkasnya.gus Laporan Annafi Mujawaroh, Pekanbaru
Berada di pesisir barat Pulau Sumatera, Kabupaten Seluma menempati urutan ketiga dengan luas perkebunan kelapa sawit terbesar di Provinsi Bengkulu. Data Badan Pusat Statistik BPS tiga tahun terakhir menunjukkan area tanam sawit pun terus bertambah. Tahun 2018, luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Seluma 31,44 ribu hektare. Kemudian tahun 2019 menjadi 31,49 ribu hektare dan tahun 2020 menjadi 31,60 ribu hektare. Potensi perkebunan ini dilirik sebagai peluang ekonomi bagi ibu-ibu di Desa Tanjungan, Kecamatan Seluma Barat, Kabupaten Seluma. Daripada dibuang begitu saja, mereka memanfaatkan lidi dari pelepah kelapa sawit yang sudah tua. Lidi tersebut dibuat jadi peralatan rumah tangga seperti piring, nampan, keranjang buah, dan tempat sendok. Peralatan ini tidak hanya dipakai untuk keperluan pribadi, tapi juga dijual ke sejumlah wilayah di luar Provinsi Bengkulu, termasuk disewakan saat pesta. Seperti yang dilakukan Nurmalaini, 31, pembuat anyaman dari lidi kelapa sawit. Nurma saat itu tengah membersihkan kebun sawit miliknya. Tangannya sigap meraih satu pelepah sawit yang sudah tua. Satu per satu helai daun disisir hingga jatuh ke tanah. Daun tersebut ia bersihkan, menyisakan tulang daun atau biasa disebut lidi. "Biasanya daun dan pelepah ini dibiarkan saja di tanah jika sudah jatuh. Jadi pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit. Tapi setelah ibu-ibu di sini mahir membuat lekak piring, tidak semua daun dibiarkan membusuk di tanah," ujar Nurma kepada DW Indonesia. "Ini pas umurnya, masih lentur jadi tahan lama. Pernah juga mencoba membuat dari lidi kelapa biasa, tapi patah. Lidi kelapa sawit ini yang paling bagus," ujar NurmaFoto Nurma memilih pelepah sawit yang warnanya belum terlalu coklat. Pelepah yang terlalu tua lidinya keras dan mudah patah. Untuk membuat satu buah piring diperlukan 112 batang lidi dari 1-2 pelepah kelapa sawit. Lidi tersebut dibagi menjadi 7 bagian sesuai jumlah ruang dalam piring. Setiap bagian terdiri dari 12 batang lidi kelapa sawit. Mengais rezeki demi tambah penghasilan keluarga Ibu rumah tangga dengan dua putri ini, sehari-hari membantu suaminya membersihkan kebun kelapa sawit. Sejak 5 tahun terakhir, ia mahir membuat beragam kerajinan dari lidi kelapa sawit. Pendapatannya mulai bertambah. Ia mulai mendapat pesanan. Setiap minggu, Nurma bisa membuat 1 lusin piring. Ada piring anyaman tersimpan di rumahnya. Piring tersebut khusus untuk disewakan, sudah dipelitur dan disusun rapi. Sesekali keluarkan untuk dibersihkan dari debu yang menempel. "Kalau sudah dipelitur satu buah piring harganya jadi Berbeda untuk tempat buah dan nampan, lebih mahal karena bahan baku lidinya lebih banyak. Bisa sampai 5 pelepah. Jadi harga jualnya mulai dari hingga per buah. Namun, kalau sewa cukup membayar Rp500 per piring," jelasnya. Mandiri anyam lidi dengan keterbatasan Kemampuan menganyam lidi kelapa sawit, Nurma dapatkan dari Zahana, 48, seorang ibu yang tinggal di desa yang sama. Zahana juga belajar mandiri. Bermula saat ia melihat lekak di rumah adiknya. "Penasaran, dan tertarik, akhirnya saya buat sendiri. Ternyata mudah. Setelah itu, baru ibu-ibu di sini berminat untuk belajar. Bahan bakunya banyak di sini, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Apalagi gratis," terang menganyam lidi daun sawit yang baru ia bersihkan. Ia mengaku pemasaran produk mereka masih sangat terbatas. "Kami belum begitu mahir menjual. Mungkin kami bisa dibantu agar pemasarannya stabil," harapnyaFoto Tidak hanya berbagi ilmu dengan para perempuan di Desa Tanjungan, Zahana dan Nurma kerap diundang Dinas Koperasi setempat untuk mengajar ke desa tetangga. Alhasil, saat ini tidak hanya ibu-ibu di Desa Tanjungan saja yang mahir, desa lain sudah bisa mengikuti. "Sekarang alhamdulillah sudah semakin banyak yang bisa. Di desa ini saja ada 9-11 ibu yang serius. Walaupun usaha sampingan tapi cukup menghasilkan," lanjutnya. Dikenal sebagai desa pembuat kerajinan anyaman lidi kelapa sawit, Zahana mengaku pembeli sendiri datang untuk memesan. Umumnya pembelinya berasal dari Lubuklinggau dan Jawa Barat. Di antara para pembeli itu ada pemilik usaha pecel lele, ada juga yang membeli untuk dijual kembali. Piring pecel lele alternatif pengganti plastik Peneliti dari Ecological Observation and Wetlands Conservation Ecoton, Alex Rahmatullah, mengapresiasi pemanfaatan lidi kelapa sawit untuk membuat piring dan alat rumah tangga lainnya karena bisa menjadi alternatif pengganti alat makan berbahan plastik. "Sejauh ini yang dimanfaatkan hanya lidi sawitnya saja, ya tidak masalah. Ini bagus karena organik dan sifatnya reuse dari limbah. Ketika dibuang ke alam, proses penguraiannya lebih cepat, bisa 2-6 minggu," kata Alex. Lidi dari kelapa sawit secara teoritis relatif lebih aman karena tidak mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin yang umumnya ada di tandan kosong kelapa sawit yang saat ini sudah bisa digunakan untuk membuat bioplastik, ujar Alex. Mengutip data BPS tahun 2021, Alex mengatakan Indonesia saat ini merupakan negara ke dua penyumbang sampah terbesar di dunia, setelah Cina. Setiap tahun Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah plastik, dari jumlah tersebut 3,2 juta ton berakhir di lautan. "Ini bisa menjadi salah satu solusi meminimalisir plastik. Tidak hanya dibuat piring, juga bisa untuk kemasan produk lain. Namun kita tidak menyarankan untuk penggunaan massal yang bisa berdampak dengan perluasan lahan sawit, karena dampaknya bisa ke lingkungan," ujarnya. ae
kerajinan dari lidi kelapa